Penerbangan Ditutup, Pelaku Perjalanan Berpotensi Meroket

Satgas Covid-19 Kans Kerja Ekstra


Laporan; Recky KOROMPIS

 

GERBANG Nyiur Melambai yakni Bandara Samratulangi, sudah dilarang bagi penerbangan komersial. Langkah pemerintah itu bertujuan untuk mencekal penyebaran wabah virus Corona. Kini, kebijakan tersebut disinyalir akan berdampak pada peningkatan jumlah pelaku perjalanan di daerah-daerah. Langkah sigap aparat berkompeten, dipecut.

 

Contohnya di Minahasa Tenggara (Mitra). Terus bertambahnya pelaku perjalanan di wilayah ini, kans membuat para Satuan Petugas (Satgas) Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) kerja ekstra. Ketelitian terhadap para pelaku perjalanan kini menjadi nomor satu, apalagi penutupan sementara penerbangan penumpang sudah dilakukan. Namun diduga, sebelum ditutup, gelombang penumpang meningkat.

 

Disatu sisi, peran serta masyarakat khususnya para pelaku perjalanan dimintakan untuk dapat memberikan pengakuan jujur atas riwayat perjalanannya. “Sebab bukan tidak mungkin misalkan sesorang melakukan perjalanan dari daerah terjangkit, tidak mau mengaku ketika ditanyai petugas di perbatasan Mitra. Nah ini akan sangat berisiko jika orang tersebut sudah terjangkit. Malahan dia menjadi hidden carrier COVID-19, ketika bersua dengan warga disekitarnya,” kata Viddy Ngantung salah satu pemerhati pembangunan di Mitra, akhir pekan lalu.

 

Dia pun berharap hal ini menjadi perhatian penting Satgas COVID-19 Mitra dalam melakukan serangkaian wawancara dengan pelaku perjalanan. “Pendekatan dari pihak satgas juga tentu akan memberikan kenyamanan dan dapat memberikan keterangan yang jujur dari pihak pelaku perjalanan. Apalagi, pelaku perjalanan Mitra terus bertambah seiring dengan penutupan sementara bandara penerbangan di Manado. Nah kita kan tidak tahu siapa-siapa yang akan ke Mitra,” tukasnya.

 

Sementara, Jubir COVID-19 Mitra Gloria Wuwungan mengakui jika penambahan terjadi pada pelaku perjalanan di Mitra. “Kalau ODP (Orang Dalam Pemantauan, red) masih tetap 7. Dan memang pelaku perjalanan di sini yang terus menunjukkan angka kenaikan mencapai 1.200-an warga,” terang Wuwungan.

 

Dia pun mengakui jika pengakuan jujur dari para pelaku perjalanan menjadi salah satu kunci memutus mata rantai COVID-19 ini. “Ya memang benar. Jika mereka berani jujur, tentu akan ada tindakan lanjutan yang diambil. Ini menjadi salah satu pemutus mata rantai COVID-19 selain imbauan pemerintah terkait physical distancing, penggunaan masker ketika akan beraktifitas dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat, red),” pungkas Wuwungan.(*)

 

 


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting