Awas, Ada Penyakit yang Ditularkan Binatang Kepada Manusia
Program Selamatkan Yaki
WASPADAI Zoonosis
pada satwa menjadi pembahasan yang menarik pada forum diskusi
terbatas yang dihadiri oleh Badan
Konservasi Sumber daya alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian
Kabupaten Minahasa ketika menyoal hubungan
zoonosis, pasar tradisional dan perdagangan satwa liar illegal yang
dilakukan di Tondano baru-baru ini.
Diskusi ini merupakan salah satu tindak lanjut hasil lokakarya
upaya Mitigasi Satwa Liar illegal yang penah dilaksanakan Selamatkan Yaki.
Sementara Zoonosis sendiri merupakan penyakit yang ditularkan dari binatang
kepada manusia. Yunita Siwi, program Supervisor Selamatkan Yaki memaparkan
hasil survey pasar yang dilakukan sejak
tahun 2013-2018 ditemukan bahwa daging satwa liar yang diperdagangkan di
pasar kebanyakan adalah kelelawar, babi
hutan dan tikus. Jumlah daging satwa liar yang
dilindungi mengalami penurunan drastis sebesar 93%.
Dari 10 pasar tradisional di Sulawesi Utara, masing-masing pasar memiliki trend jenis
daging satwa liar yang berbeda. Salah satunya adalah pasar Langowan, yang diketahui cukup
bervariasi dalam menjual satwa liar. Josefa M. Pati, SKM - Kepala Seksi
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa, mengatakan
bahwa trend zoonosis di Minahasa adalah rabies
oleh gigitan anjing. Dia menjelaskan bahwa besarnya masalah rabies di
suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
‘’Antara lain adalah banyak atau sedikitnya Hewan Penular Rabies (HPR) di daerah tersebut, utamanya
anjing, kucing dan yaki serta lainnya.
Sementara drh. Louis Kumaunang, Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas
Pertanian Minahasa mengatakan pihaknya sangat mendukung kegiatan yang
berhubungan dengan antisipasi zoonosis
ini meski harus benar-benar kolaboratif. Apalagi selama ini Kabupaten
Minahasa menjadi salah satu daerah dari
34 Provinsi di Indonesia yang dipilih untuk project One Health’’ beber Pati.
Sebuah upaya mewujudkan penguatan system pelayanan kesehatan
hewan nasional di Indonesia, terutama untuk pencegahan, deteksi dan pengendalian
penyakit zoonosis, Penyakit Infeksi Emerging (PIE) dan ancaman pandemi. Sudah
beberapa tahun ini ada koordinasi yang intensif meski semuanya masih berjalan
berdasarkan kasus yang terjadi. Laporan terbanyak masih dari hewan domestic dan belum signifikan
untuk satwa liar. Meski begitu penularan bisa terjadi dalam banyak cara baik binatang itu masih
hidup atau mati. Mereka sendiri pernah melakukan penetintian di pasar dan 10 persen dari satwa
yang diteliti positif rabies. Selain rabies jenis penyakit yang bisa ditularkan juga adalah influenza
dan Tuberculosis (TB).
Pengendalian penyakit zoonosis di pasar dan masyarakat tidak
hanya terbatas pada kesehatan dan pertanian, tetapi juga dengan kehutanan dan
lingkungan. Yakub Ambagau S.Hut Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA
Sulawesi Utara menjelaskan bahwa selain faktor keseimbangan alam, sisi hukum
yang mengikat, ternyata ada potensi zoonosis melalui satwa liar yang diperdagangkan di pasar tradisional sebab
pasar menjadi pusat penjualan daging. Sampai saat ini sudah ada beberapa laporan yang masuk dan
pihaknya terus berjaga-jaga agar jangan
sampai terjadi ledakan kasus. Oleh sebab itu ketika terlibat dalam upaya
bersama maka pihaknya sangat antusias dan terbantu agar ada upaya preventif
untuk mencapai sehat Satli atau sehat satwa liar. Harus diakui bahwa melibatkan
pasar sangat penting, meski menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Ini disepakati oleh Pauldy Aguw, dari Disperindag Minahasa yang membawahi pasar Langowan. Dia mengatakan sulit melakukan kendali di pasar karena itu berbicara mata pencaharian pedagang. Meski fakta menunjukkan bahwa proses eksekusi seperti menyembelih hewan masih dilakukan di dalam pasar yang sangat berpeluang menularkan penyakit dari manusia ke hewan dan sebaliknya.
Dia menyarankan agar ada
penegakan hukum dari sentra satwa itu masuk. ‘’Menjaganya sebelum masuk
ke pasar, sebaiknya penegakan hukum dengan penggwasan harus diperketat di pintu-pintu
masuk karena kalau sudah di pasar, kita sudah tidak bisa melakukan upaya
pelarangan,’ kata Aguw.
Purnama Nainggolan, Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki
melalui forum diskusi ini mendorong semuanya untuk bekerja secara holistic,
bergandengan tangan demi tujuan yang sama dan tindakan yang implementatif di
masyarakat. Selamatkan Yaki akan mengadakan kegiatan bertajuk Market Seller
Certification untuk bekerjasama dengan pedagang di Pasar Langowan, demi
mewujudkan pasar ini sebagai pasar yang hijau, dimana pedagang memiliki rasa
bangga terhadap satwa liar yang ada dengan tidak lagi menjual satwa liar
terancam punah dan dilindungi. Pihaknya mengajak semuanya untuk menyadari
masalah ini dan menyampaikannya kepada masyarakat luas sesuai tupoksi masing-masing
sehingga daya kejut dan pengaruhnya lebih besar
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan kerjasama dengan FAO
menyelenggarakan Simulasi Study Kasus Investigasi dan Pelaporan Terintegrasi
3 (tiga) sektor dengan Pendekatan “One
Health” di Kabupaten Minahasa tanggal pada tanggal 17-20 Desember 2017.
Kerjasama ini dilakukan dalam upaya mewujudkan penguatan
sistem pelayanan kesehatan hewan nasional di Indonesia, terutama untuk
pencegahan, deteksi dan pengendalian penyakit zoonosis, Penyakit Infeksi Emerging
(PIE) dan ancaman pandemi.
Dari 34 provinsi maka yang 9 provinsi dan salah satunya
adalah kabupatena minahasa . Dari 34 provinsi di Indonesia, baru 9 provinsi
yang bebas Rabies. Besarnya masalah Rabies di suatu daerah dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Antara lain adalah banyak atau sedikitnya Hewan Penular Rabies
(HPR) di daerah tersebut, utamanya anjing, kucing, kera,” kata dr. Anung.
Saya ingin mendorong dan mengingatkan semua untuk bekerja
secara holistik. Semua harus bekerja bergandengan tangan menuju tujuan yang
sama dan tindakan yang diperlukan untuk diimplementasikan di masyarakat, tutur
Menkes.Menurut Menkes, jika kita memperbesar kesehatan dalam aspek keamanan
kesehatan global, akan terlihat keterkaitan SDGs yang tercermin dalam konsep
One Health. Perlu diketahui, konsep One Health (satu kesehatan) didefinisikan
sebagai suatu upaya kolaboratif dari berbagai sektor, utamanya kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global
untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Pengendalian penyakit zoonosis dan antimicrobial resistance
(AMR) memerlukan kolaborasi multisektor, tidak hanya terbatas pada kesehatan
dan pertanian, tetapi juga dengan kehutanan, lingkungan dan pendidikan, terang
Menkes.Mulai dari pengawasan terintegrasi pada manusia dan hewan untuk
mengatasi kejadian Avian Influenza, Rabies, dan kasus atau wabah Anthrax;
penyelidikan epidemiologi wabah pada manusia dan epidemi pada hewan yang
terintegrasi; pelatihan terintegrasi untuk sumber daya kesehatan dan pertanian
tentang manajemen kasus gigitan hewan dan pengawasannya. Hal-hal tersebut
adalah contoh dari apa yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menangani
kasus penyakit zoonosis. Sejalan dengan sustainable development goals (SDGs),
peningkatan kapasitas untuk mengatasi ancaman kesehatan masyarakat global tentu
membutuhkan dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh. Berkaitan dengan
hal tersebut, Menkes menuturkan bahwa Indonesia memiliki terobosan pembangunan
kesehatan, diantaranya melalui: Penyebaran tim kesehatan untuk menjangkau
daerah-daerah tertinggal, perbatasan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah
kesehatan (DBK);
Dimulainya pendekatan Kesehatan Keluarga yang berfokus pada kunjungan
rumah guna mendeteksi dini, pengobatan, dan mengutamakan tindakan promotif-preventif;
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS); serta perlindungan asuransi kesehatan sosial
yang disebut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diperluas dari waktu ke
waktu untuk mencapai cakupan kesehatan universal pada 2019Seperti halnya
pengalaman banyak negara berkembang, penyakit zoonosis masih menjadi masalah
kesehatan penting di Indonesia, menjadi dilema bagi sektor kesehatan manusia
dan hewan. Bagaimanapun juga, morbiditas dan mortalitas pada manusia yang
disebabkan penyakit zoonosis tertentu, seperti Avian Influenza (AI) atau lebih
dikenal dengan sebutan Flu Burung juga penyakit Leptospirosis cenderung menurun
selama dekade terakhir. Pemerintah Indonesia didukung oleh masyarakat telah
berupaya intensif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit zoonosis pada
manusia dan hewan sejak lebih dari 5 dekade yang lalu. (yaziin solichin)
Komentar