WABAH CORONA DI INDONESIA DIPREDIKSI BERAKHIR JUNI
Jakarta, MS
Serangan pandemik Coronavirus Disease (Covid-19) masih menjadi momok yang menakutkan. Jutaan orang di ratusan negara di dunia telah terinfeksi wabah mematikan yang awalnya muncul di Wuhan Cina. Ratusan ribu orang diantaranya tewas.
Tak terkecuali di Indonesia. Hingga, Senin (27/4) kemarin, kasus positif Corona di nusantara tembus 9.096 orang. Yang meninggal 765 orang dan sembuh 1.151 pasien. Pun begitu wabah yang juga ikut mengguncang perekonomian bangsa itu, diprediksi akan segera berlalu.
Para ilmuwan dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) memperkirakan virus Corona di Indonesia akan mulai berakhir di bulan Juni 2020. Sebab menurut mereka, saat ini Indonesia sudah memasuki masa puncak Covid-19.
Indonesia diprediksi bisa mengatasi 97 persen dari total kasus pandemik Covid-19 di kisaran awal Juni atau sekitar tanggal 7 Juni 2020. Sementara pada 23 Juni 2020, Indonesia diperkirakan bisa mengatasi lebih banyak kasus Covid-19 yaitu sekitar sekitar 99 persen kasus infeksi virus corona.
Dan pada 6 September 2020, diprediksi Indonesia akan bebas Corona atau kasusnya teratasi 100 persen. Artinya, Indonesia benar-benar bisa keluar dari status terkena pandemi virus corona.
Prediksi diunggah dalam laman resmi SUTD dengan judul When Will COVID-19 End dilihat detikcom pada Senin (27/4) kemarin. Prediksi dilakukan SUTD dengan menggunakan model susceptible-infected-recovered (SIR). Model ini mengumpulkan data dari seluruh dunia untuk memperkirakan kurva siklus hidup dan berakhirnya pandemik di suatu negara dan dunia.
Prediksi ini berdasarkan data yang terus diperbaharui, terakhir pada 26 April 2020. Metode yang digunakan adalah model SIR, atau susceptible (rentan), infected (tertular), recovered (sembuh), diterapkan untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi virus Corona ini.
Para ilmuwan itu menerapkan kode-kode dari Milan Batista, ilmuwan dari Universitas Ljubljana, Slovenia. Juga, mereka memanfaatkan data dari situs Our World in Data. Tak hanya Indonesia, SUTD juga memprediksi 27 negara lainnya.
Pun begitu, SUTD ini memperingatkan bahwa penelitian yang ditampilkan di situs itu hanya bertujuan untuk pendidikan dan riset, serta bisa jadi memuat kesalahan (eror).
"Prediksi ini secara alami masih diragukan kebenarannya. Pembaca harus memahami tiap prediksi dengan hati-hati. Terlalu optimis berdasarkan prediksi kapan virus corona berakhir sangat berbahaya, karena berpengaruh buruk pada kontrol dan disiplin. Sikap tersebut harus dihindari sebelum kasus infeksi dan virus justru meningkat," tulis laman tersebut.
Tak hanya itu, konten itu disebut hanya untuk pendidikan dan riset sehingga bisa jadi ada kesalahan. Model dan data yang digunakan belum tentu akurat dan sangat komplek. Data tersebut juga terus berubah dan kenyataannya bisa sangat berbeda di tiap negara.
Prediksi kapan virus Corona di Indonesia berakhir dan seluruh dunia bisa jadi kenyataan jika warga disiplin. Kedisiplinan ini meliputi rajin cuci tangan, menjaga kebersihan, dan selalu pakai masker.
Selain itu, perkiraan kapan virus corona berakhir di Indonesia harus didukung dengan tidak mudik, beribadah di rumah, dan hanya keluar rumah jika ada keperluan mendesak. Social distancing dan physical distancing harus benar-benar diterapkan untuk mencegah penularan virus corona.
Selain memperkirakan kapan virus corona berakhir di Indonesia, ilmuwan Singapura juga melakukan prediksi serupa untuk dunia. Virus corona diperkirakan mulai berakhir pada 29 Mei 2020 dengan 97 persen kasus berhasil diatasi. Prediksi juga mengatakan virus corona di dunia benar-benar berakhir pada 8 Desember 2020 dengan 100 persen kasus teratasi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat memprediksi penyebaran virus Corona di Indonesia mulai melandai pada Juli mendatang. Menurut Jokowi, kasus Corona di Indonesia akan mencapai puncaknya pada bulan Mei.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam wawancara eksklusif di acara Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu (22/4) baru-baru ini. Asalkan, kata Jokowi, masyarakat harus disiplin mematuhi aturan pemerintah. "Kalau ditanya ke saya, saya ingin optimis Juli sudah masuk pada posisi ringan sehingga puncaknya pada bulan Mei sudah betul-betul pada puncak kemudian turun, landai tetapi dengan catatan masyarakat memiliki kedisiplinan yang kuat, itu kuncinya di situ," imbuh Jokowi kala itu.
Jumlah pasien terinfeksi Covid di dunia, hingga Senin (27/4) pukul 16.13 WIB telah mencapai 3.004.887 kasus. Sebanyak 207.254 pasien meninggal dunia dan 882.909 dinyatakan sembuh. Dan virus Corona itu telah mewabah di 210 negara di dunia.
KASUS POSITIF CORONA DI JAKARTA MULAI MELAMBAT
Sinyalemen wabah Corona di Indonesia akan segera menurun diperkuat dengan perkembangan kasus di Jakarta yang merupakan epicentrum atau pusat penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Kasus positif virus Corona di Ibu Kota disebut telah mengalami perlambatan yang amat signifikan. Angin segar itu diungkap Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona, Doni Monardo, usai ratas, Senin (27/4) kemarin.
"Kami jelaskan juga khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," ungkapnya.
Doni berharap penambahan kasus positif Corona di Jakarta tak terlalu banyak lagi. "Dan kita berdoa semoga tidak terlalu banyak lagi kasus positif yang terjadi," ucap Doni.
Perkembangan positif di DKI itu disebut berkat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlaku di Jakarta sejak 10 April lalu.
"Ini diakibatkan karena PSBB yang telah berjalan dengan baik. Bapak Gubernur DKI telah melaporkan kepada Bapak Presiden tentang hasil yang dicapai selama pelaksanaan PSBB," imbuhnya.
Kabar gembira lainnya, jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat juga telah mengalami penurunan. "Ada kabar gembira, yaitu terjadinya penurunan pasien yang dirawat," beber Doni lagi.
Doni menjelaskan penurunan itu terlihat dari jumlah tempat tidur di rumah sakit yang digunakan. Ada penurunan dari jumlah sebelumnya. "Saat ini terdapat 7.032 orang yang mana dilihat dari jumlah tempat tidur yang yang terdapat di ruang isolasi sebanyak 10.179 bed artinya kabarnya adalah kabar gembira," tuturnya.
Dia pun berharap penurunan ini akan terus terjadi. Karena itu, Doni meminta masyarakat terus menjaga kesehatan dan selalu mengikuti protokol kesehatan pencegahan COVID-19.
"Oleh karenanya, keadaan ini harus kita jaga jangan kita sampai kita menambah saudara kita yang akhirnya dirawat di rumah sakit," pungkasnya.
Tak hanya itu, jumlah pasien terkonfirmasi positif Corona yang sembuh juga terus meningkat. Tercatat hingga Senin (27/4) kemarin, ada penambahan 44 orang pasien yang sembuh. Sehingga total yang sembuh menjadi 1.151 orang.
Bahkan sejak 16 April lalu kasus sembuh Corona di Indonesia terus melampaui angka kematian. Jumlah pasien sembuh terbanyak di DKI Jakarta dengan jumlah 337. Lalu disusul Jawa Timur sebanyak 140, Sulawesi Selatan 106, Jawa Barat 96, Jawa Tengah 88 dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 1.151 orang.
Sementara kasus meninggal bertambah 22 orang sehingga menjadi 765 orang. "Terkonfirmasi kasus positif baru sebanyak 214 orang sehingga totalnya menjadi 9.096 orang. Kasus sembuh ada 44 orang sehingga total sembuh menjadi 1.151. Kasus meninggal bertambah 22 orang sehingga menjadi 765 orang," papar kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Senin (27/4) kemarin.
Ia pun menegaskan Pemerintah terus melacak potensi penularan virus Corona di Indonesia. Tak hanya itu pihkanya juga akan terus meningkatkan kapasitas dalam menangani pasien COVID-19.
Tercatat saat ini sudah ada lebih dari 1.000 rumah sakit yang merawat pasien terkait COVID-19. "Kemudian kita juga berusaha untuk selalu meningkatkan kapasitas dan kualitas rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk oleh Kemenkes, kita bersyukur bahwa saat ini sudah lebih dari 1.000 rumah sakit yang melaporkan telah merawat pasien COVID-19, baik yang statusnya konfirmasi positif maupun yang statusnya PDP," ucap Yuri.
Selanjutnya, Yuri meminta masyarakat mendukung kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terkait penanganan virus Corona (COVID-19). Yuri meminta warga tak ragu pada kebijakan pemerintah. "Kita sama-sama mestinya tidak memiliki keraguan sedikit pun pada kebijakan-kebijakan yang diberikan pemerintah," imbuhnya.
Diketahui sebelumnya, kasus positif virus Corona pada 26 April sebanyak 8.882 orang. Jumlah pasien sembuh ada 1.107 orang dan meninggal 743 orang.
JOKOWI MINTA RAKYAT LEBIH DISIPLIN AGAR JULI HIDUP NORMAL LAGI
Pemerintah terus mengoptimalkan penanganan virus Corona di Indonesia. Berbagai terobosan dan inovasi getol dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Salah satunya yakni program percepatan tes dan pelacakan kasus virus Corona. Presiden Joko Widodo terus mendorong agar program itu terus dimaksimalkan. Orang nomor satu di nusantara itu ingin Indonesia segera normal kembali.
"Bapak Presiden menegaskan berulang kali tentang pentingnya upaya kita untuk melakukan tes masif pada bulan April dan bulan ini, dilanjutkan pelacakan yang agresif serta isolasi yang ketat. Dan itu sudah dan sementara kita lakukan," kata Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, usai rapat terbatas, Senin (27/4) kemarin.
Jokowi mendorong bawahannya bekerja lebih giat dalam menangani virus Corona. Jokowi berharap pada Juli masyarakat Indonesia sudah bisa beraktivitas seperti sedia kala.
"Bapak Presiden meminta kita semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan juga mengajak masyarakat agar lebih patuh, lebih disiplin, dan juga aparat supaya bisa lebih tegas agar pada bulan Juni yang akan datang kita mampu menurunkan kasus Covid di Indonesia," paparnya lagi.
"Sehingga pada bulan Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali," sambung Doni.
Ia pun mengajak masyarakat dan tokoh masyarakat semakin peduli akan kesehatan di tengah pandemi Corona. Masyarakat diminta tidak menganggap sepele wabah Corona ini.
"Sekali lagi kami mengajak dan mengimbau kepada seluruh pimpinan, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan, seluruhnya agar betul-betul peduli dengan keselamatan masyarakat kita, jangan anggap sepele, jangan anggap enteng wabah ini," pintanya.
Doni mengatakan wabah ini adalah wabah yang berulang setiap beberapa ratus tahun sekali. Siklus wabah Corona disebut kemungkinan terjadi setiap 100 tahun sekali. Itu juga menjadi alasan pemerintah menetapkan Corona sebagai bencana non-alam dalam skala nasional.
"Oleh karenanya sekali lagi, alam dalam proses melakukan sebuah kegiatan yang memang kalau dilihat dari siklusnya adalah 100 tahun. Oleh karenanya, bencana Covid ini secara nasional sudah diputuskan menjadi bencana nonalam berskala nasional. Sekali lagi, kami imbau dan mengajak komponen masyarakat perhatikan ketentuan dan protokol kesehatan," pungkasnya.(dtc)
Komentar