DPRD Sulut Desak Pemerintah Lakukan Antisipasi

Bahaya Demam Babi Afrika


Laporan: Arfin TOMPODUNG

RENTETAN persoalan mendera Indonesia. Belum selesai dengan virus Corona, Tanah Air kembali digemparkan dengan penyebaran Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Penyakit yang disebabkan virus ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi mematikan ternak babi.

Informasi yang dirangkum media ini, penyakit pada babi itu sangat menular dan dapat menyebabkan kematian hingga 100 persen. Itu dinilai akan mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Terkini, rantai penyebaran ASF mulai meresahkan masyarakat khususnya peternak. Menyikapi itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Sulawesi Utara (Sulut) mendesak pemerintah provinsi untuk melakukan langkah antisipasi.

Demikian Ketua Komisi II DPRD Sulut, Cindy Wurangian. Ia menyampaikan, wabah ASF yang menyerang ternak babi sudah melanda banyak provinsi di Indonesia. Pihaknya terus berkoordinasi dan menghimbau agar Pemprov Sulut melakukan upaya proteksi sejak dini. "Melalui dinas terkait di provinsi hingga kabupaten kota bahkan sampai ke kecamatan dan kelurahan desa untuk selalu waspada karena wabah ini sangat mematikan," tuturnya, kemarin.

Walaupun, menurutnya, wabah ini tidak akan berefek ke manusia. Hanya saja ketika dia masuk, dampaknya bisa dilihat yang terjadi di daerah lain. "Saat dia masuk peternakan babi habis dalam seketika," paparnya.

Khusus Provinsi Sulut baginya masih aman terhadap wabah ini. Maka dari itu, ia mengimbau kepada dinas terkait melakukan langkah preventif. Ada tindakan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas dalam penanganan ini karena pencegahan selalu lebih baik. "Supaya tidak ada penyesalan ketika terjadi. Tidak perlu saling menyalahkan sekarang kita sudah berkaca di daerah daerah lain maka langkah preventif dan terstruktur harus ada," kuncinya.

Sementara itu, Kadis Pertanian Sulut Novly Wowiling menyampaikan, Sulut memang masih masuk kawasan yang banyak beternak babi. Sampai saat ini dirinya bersyukur penyakit babi itu belum ada indikasi masuk di Sulut. "Tapi kita mengantisipasi agar bebasnya ini berkelanjutan. Sehingga memberi rasa aman untuk masyarakat mengkonsumsi. Karena mengonsumsi babi juga di Sulut sangat ditopang dengan budaya sehingga masyarakat mengkonsumsinya. Wabah ternak babi ini bisa berdampak ke ekonomi masyarakat," ungkap Wowiling.

Untuk itu, ia menegaskan, pihaknya akan melakukan sosialisasi tentang bahayanya wabah tersebut. Selanjutnya, mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan pakan. Jangan ambil dari sisa dapur atau limbah penerbangan.  "Sebaiknya pakan yang berkualitas termasuk kesehatan hewan. Orang-orang yang masuk di areal peternakan supaya dibatasi, diperketat, jangan sembarang orang. Apalagi itu orang dari daerah yang sudah terkena wabah ini kemudian masuk di Sulut. Kita koordinasi dengan berbagai pihak untuk tupoksi (tugas pokok dan fungsi) itu dan kita kawal bersama," tutupnya.(*)

 

 

 

 


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting