Sulut Masuk di Daftar Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi di Indonesia 2023, Kota Manado Pemberi Kontribusi Besar


Manado, MS
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, provinsi yang masuk Pertumbuhan (PE) tahunan secara kumululatif atau C-to-C tertinggi di Indonesia adalah Maluku Utara dengan angka 20.49 persen. Diikuti kedua, Sulawesi Tengah 11.91 persen dan ketiga adalah Kalimantan Timur 6.22 persen.
Disusul, Papua Tengah 5.95 persen, Bali 5.71 persen, Sulut 5.48 persen, Sultra 5.35 persen, Sulbar 5.25 persen, Maluku 5.21 persen dan Kepulauan Riau 5.21 persen. Dilansir dari media Bisnis Indonesia, angka tersebut sudah dikatakan Ketua Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin (5/2/2024) lalu.

BPS  juga mencatat bahwa kelompok Provinsi Maluku dan Papua bukanlah kontributor terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2023 karena hanya menyumbang sebesar 2.58 persen. Penyumbang PDB ADHB terbesar adalah wilayah Jawa dengan 57.05 persen, Sumatera 22.01 persen, Kalimantan 8.49 persen, Sulawesi 7.1 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara 2.77 persen.

Terkait itu, BPS Sulut pula mengeluarkan rilis, bahwa, PE secara umum dari 15 kabupaten dan kota di Sulut terjadi kenaikan dibandingkan 2022.
Tertinggi, Kota Bitung 5.66 persen, Minahasa 5.55 persen, Minahasa Selatan, 5.54 persen, Manado 5.52 persen dan Bolaang Mongondow Utara 5.43 persen. Mereka sebagai yang diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 5.48 persen. 

Hal itu, menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsrat Dr Joy Tulung, bahwa benar daerah-daerah tersebut yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi bagi Sulut di 223.

“Meski, pertumbuhan ekonomi untuk Manado muncul perlambatan 0.08 persen. Tapi tak signifikan alias masih wajar dilihat Manado sebagai pusat perekonomian di Sulut,” katanya. 

Lanjutnya, Manado sebagai daya tarik bagi masyarakat seluruh Sulut bahkan daerah lain untuk berbondong-bondong datang ke Manado. Sehingga, penurunan itu disampaikan kembali masih wajar saja.

Tulung sebutkan juga, fenomena adanya penururnan dari biaya produksi, dikarenakan kegiatan-kegiatan ekonomi berlokasi ke tempat yang sama atau ekonomi aglomerasi. Pemusatan kegiatan ekonomi tersebut yang  menciptakan pekerjaan yang lebih banyak di kota dibandingkan dengan di desa. 

“Itu yang mendorong terjadinya migrasi penduduk desa ke kota. Permasalahannya adalah ketika tingkat migrasi desa ke kota melebihi jumlah lapangan kerja baru yang tersedia. Situasi ini dalam jangka panjang menyebabkan surplus tenaga kerja yang kronik di kota. Surplus tenaga kerja berarti tingkat pengangguran di kota cenderung tinggi dibandingkan di daerah pedesaan," urainya. 

Meski demikian, angka pengganguran dari tahun ke tahun, di Manado mengalami penurunan yang sangat signifikan. 

"Tahun 2020, tingkat pengangguran mencapai 13.88 persen, di 2021 turun tajam ke 12,17 persen. Sedangkan, di 2022 mencatat pengangguran sebesar 10.47 persen. Kembali turun di 2023 lalu, dimana angkanya turun drastis menjadi 8.85 persen. Sehingga, di tiga tahun terakhir Kota Manado mengalami penurunan tingkat pengangguran yang signifikan," jelasnya.

Sementara itu, Staf Khusus Walikota Manado Astrid Kumentas, berpendapat, terlalu berlebihan mengatakan pertumbuhan ekonomi Manado paling lambat se-Sulut.

"Betul Manado sedikit mengalami perlambatan 0.08% dari tahun sebelumnya tapi bukan berarti bisa dikatakan paling lambat. Apalagi pertumbuhan ekonomi kita masih menyentuh angka 5.52 persen," katanya.

Menurutnya, indikasi penurunan angka pertumbuhan ekonomi ini peril dilihat juga karena ditutupnya beberapa ritel nasional yang beroperasi di Manado. Namun, Pemkot Manado justru mampu menunjukan kepiawaiannya dalam menyiapkan lapangan kerja. 
“Penutupan ritel-ritel skala besar ini justru berbanding terbalik dengan angka pengangguran yang justru mengalami penurunan," ucapnya.

Tambah Kumentas, kebijakan Pemkot Manado dalam membuka investasi dan menyiapkan lapangan pekerjaan turut mampu menekan angka kemiskinan di Kota Manado kini. 

"Investasi di Manado cenderung lagi naik dan angka kemiskinan turun sampai 8 persen. PDRB naik, pelayanan publik semakin maksimal, fasilitas publik semakin baik dan angka harapan hidup bertambah. Secara makro inilah indikator utama  pertumbuhan ekonomi, Manado yang semakin maju kotanya dan sejahtera warganya,” pungkasnya. (devy kumaat)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting