SULUT CS RAWAN, BNPB INGATKAN POTENSI BANJIR


Manado, MS

Cuaca ekstrem masih menyelimuti sejumlah wilayah di Tanah Air. Peringatan akan bahaya bencana alam membahana. Kondisi ‘siaga bencana’ ini diminta mendapat atensi khusus dari pemerintah daerah (Pemda) dan seluruh masyarakat.

Situasi ini pun mendera wilayah Sulawesi Utara (Sulut). Sekira dua pekan terakhir, jazirah utara Pulau Selebes dibungkus cuaca buruk. Imbasnya, sejumlah wilayah babak belur dihantam bencana hidrometeorologi seperti banjir, gelombang tinggi dan tanah longsor. Bumi Nyiur Melambai siaga bencana.

Menyikapi hal itu, Gubernur Olly Dondokambey langsung memberikan peringatan. Dia meminta masyarakat Sulut khususnya para nelayan, supaya jangan dulu melaut. "Saat ini cuaca tidak menentu, hujan dan angin kencang sedang melanda daerah ini. Jadi, jangan dulu melaut. Kalau ingin melaut harus perhatikan keselamatan," ucap Olly, baru-baru ini.

Gubernur juga mengingatkan seluruh masyarakat yang menggunakan transportasi udara, laut dan darat, agar lebih berhati-hati. "Masyarakat yang menggunakan transpotasi udara, laut dan darat kiranya lebih barhati-hati jika berpergian ke mana-mana. Karena cuaca buruk sedang melanda wilayah Sulut. Untuk itu, saya mengimbau kembali agar masyarakat yang ada di daerah bumi Nyiur Melambai ini untuk lebih waspada lagi," pesannya.

Seruan kewaspadaan pun disampaikan Olly bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. "Masyarakat yang di pesisir pantai yang kalau angin barat datang, perahu-perahu diungsikan dulu, juga warga yang rumahnya di pesisir pantai," tuturnya.

"Karena cuaca buruk kali ini lebih besar dari tahun lalu. Masyarakat bisa mengupdate informasi di BMKG. Harus waspada, pantau cuaca dalam minggu ini," lugasnya.

Diketahui, untuk lebih memperkuat imbauan Gubernur Sulut itu, telah diterbitkan Surat Nomor: 360/21.6692/Sekr-BPBD tertanggal 29 November 2021 kepada Bupati dan Walikota di Sulut untuk mewaspadai fenomena La Nina.

Merujuk surat ini, ada lima poin penegasan dari Gubernur Sulut. Pertama, meningkatkan sosialisasi, komunikasi, edukasi dan upaya mitigasi kepada masyarakat terutama yang bermukim di daerah rawan bencana banjir, longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung.

Kedua, menyiapkan dan mensosialisasikan tempat evakuasi yang aman dengan mempertimbangkan protokol kesehatan selama masa pandemi Covid-19. Ketiga, mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya yang ada (personel, peralatan, dan logistik). Keempat, meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait seperti TNI, POLRI, SAR, BMKG, PMI, RAPI, Relawan dan lainnya dalam kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Kelima, apabila diperlukan, dapat menetapkan status darurat bencana dan pembentukan pos Komando penanganan darurat bencana, serta aktivasi rencana kontijensi menjadi rencana operasi.

Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulut, Joi Oroh mengatakan, surat imbauan gubernur ini sebagai langkah antisipasi akan potensi bencana yang dapat ditimbulkan dari fenomena La Nina. “Apalagi jika curah hujan tinggi dan berlangsung lama, ini tentu sangat rawan terjadi banjir dan tanah longsor. Kita baru-baru ini rapat bersama BMKG bahas soal fenomena La Nina,” terang Oroh.

Dia berharap pemerintah daerah di kabupaten dan kota untuk memperkuat sosialisasi kepada masyarakat akan fenomena La Nina ini. “Terutama yang tinggal di bantaran sungai, perbukitan dan pesisir pantai. Ini sebagai langkah antisipasi kita. BPBD di kabupaten kota juga kita minta perkuat koordinasi,” urainya.

Dirangkum dari sejumlah sumber, La Nina merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. La Nina juga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan sebagainya.

POTENSI BANJIR, BNPB BERI WARNING

Kondisi cuaca pada akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022, patut diseriusi. Itu karena periode ini, mulai memasuki musim hujan. Untuk itu, masyarakat diimbau mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir.

‘Warning’ itu disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan dan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto. "Menjelang Natal dan tahun baru, masyarakat harus siap dan mengantisipasi periode puncak musim hujan yang terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari, yang tentunya dapat berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi, khususnya banjir," ujar Suharyanto dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (13/12).

Suharyanto menuturkan, berdasarkan perkiraan BMKG, terdapat beberapa titik wilayah yang perlu diwaspadai lantaran berpotensi tinggi rawan bencana banjir pada Desember. Titik-titik tersebut, antara lain Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat; Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan; Kabupaten Konawe, Sulawesi Utara; serta Kabupaten Mimika dan Kabupaten Wamena di Papua.

Dengan demikian, dia merekomendasikan agar siaga bencana hidrometeorologi dilakukan di setiap tataran pemerintahan.

"Selain itu, kami juga merekomendasikan agar kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi dilakukan secara berjenjang di setiap level. Mulai dari level provinsi maupun level kelurahan," kata Suharyanto.

Dia memastikan bahwa BNPB telah membagi tugas di masing-masing jajaran, baik level provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, sampai kelurahan. Menurutnya, setiap jajaran di bawahnya telah memahami tugas. "Dan ini sudah kami sampaikan ke jajaran bawah agar para gubernur, para bupati, para wali kota, para camat, para lurah, sudah paham tugasnya masing-masing," ujar dia.

PEMDA SERENTAK KELUARKAN IMBAUAN

Potensi cuaca ekstrem yang bakal menghantam wilayah Sulut langsung disikapi. Mencegah jatuhnya korban, pemerintah daerah serentak meluncurkan imbauan kewaspadaan.

Di Sulut, salah satu daerah yang dinilai rawan bencana banjir yakni Kota Manado. Menyikapi hal tersebut, gerak antisipasi bencana digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Manado. Terkini, ada beberapa program rehabilitasi yang sementara digenjot pemerintahan Walikota Andrei Angouw dan Wakil Walikota (Wawali) Richard Sualang (AA-RS). Antara lain, pengerukan anak sungai, perbaikan bendungan, parit hingga drainase. Aktifitas perbaikan mendapat atensi khusus dari Walikota Andrei, yang intens turun lapangan melakukan peninjauan. “Terus kami sampaikan supaya masyarakat tidak membuang sampah di parit, selokan atau sungai. Dengan begitu, tidak terjadi penumpukan atau tersumbat sehingga menyebabkan air bisa meluap ke jalan bahkan pemukiman warga,” sebut Andrei, dalam berbagai kesempatan.

Sementara itu, Bupati Minahasa melalui Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Minahasa, Novry Lontaan mengatakan, cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi beberapa waktu ke depan. Untuk itu warga diminta untuk waspada, khususnya yang bermukim di daerah rawan bencana. "Menyikapi kondisi cuaca ekstrim saat ini maka pemerintah menghimbau kepada masyarakat agar kita tetap waspada. Jauhi lokasi-lokasi rawan bencana, baik itu daerah rawan longsor, banjir serta awasi pohon-pohon besar yang sudah rapuh dan rawan tumbang di lokasi pemukiman," tandas Lontaan.

Wilayah Minahasa memang tergolong rawan longsor dikarenakan struktur tanah yang labil. Tak heran ada sejumlah titik yang jadi langganan longsor apabila curah hujan terjadi berkepanjangan.

Dia memaparkan, sesuai pemetaan wilayah rawan bencana oleh pihak BPBD Minahasa, potensi longsor tersebar di sejumlah titik di Kecamatan Tondano Utara, Kakas, Langowan Selatan, Langowan Timur, Tombulu, Tombariri, Kombi dan Lembean Timur. "Intinya rata-rata kecamatan yang secara struktur geografis memiliki wilayah pegunungan masuk kategori rawan longsor," ujarnya.

Peringatan dini terhadap cuaca ekstrim juga dilontarkan pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Minahasa Tenggara (Mitra). Melalui pemerintah kecamatan hingga desa dan kelurahan, warga dimintakan mewaspadai cuaca hujan sekarang ini yang dapat berpotensi menimbulkan dampak negatif.

“Waspada bencana hidrometeorologi yang kemungkinan menyertainya. Mulai dari banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan sebagainya. Dan ini harus ditindaklanjuti pihak terkait, disosialisasikan hingga kepada masyarakat Mitra,” ujar Sekretaris Daerah David Lalandos AP MM, Selasa (7/12).

Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mitra Jhony Kolinug menerangkan pihaknya sudah menindaklanjuti hal ini kepada pihak pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan, untuk dijadikan perhatian penting hingga beberapa hari ke depan.

Menurut dia, antisipasi terhadap cuaca ekstrim harus dimulai dari lingkungan sekitar dengan menebang pepohonan yang dapat mengundang musibah, termasuk kebersihan lingkungan, memperhatikan saluran air/drainase yang tersumbat. “Langkah antisipatifnya antara lain dengan melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol. Lakukan juga pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh dan menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” beber Kolinug didampingi Sekretaris BPBD, Olga Waas.

Terpisah, Bupati Kepulauan Kabupaten Sitaro Evangelian Sasingen SE mengatakan, pihaknya saat ini sementara melakukan identifikasi kesiapan logistik, seperti personil, peralatan termasuk lokasi evakuasi apabila terjadi bencana alam yang menimbulkan adanya pengungsi.

"Untuk tempat evakuasi, ada beberapa gedung Selter yang berlokasi di kompleks rumah dinas dan gedung balai latihan keterampilan di wilayah Tagulandang," kata Sasingen.

Lanjut dikatakannya, sejumlah peralatan penanggulangan bencana juga telah dipersiapkan, sekaligus melakukan pengecekan personil yang akan dilibatkan di lapangan.

Bupati berharap adanya koordinasi dari berbagai pihak, khususnya kepala-kepala wilayah, baik di tingkat kecamatan hingga kelurahan dan desa. "Kita persiapkan sejak dini agar kita benar-benar siap ketika ada hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Peringatan kewaspadaan juga disampaikan Kepala BPBD Kabupaten Bolmut, Viktor Nanlessy. Ia mengingatkan warga di kawasan pesisir pantai akan bahaya banjir akibat air laut pasang Rob. “Curah hujannya akhir-akhir ini cukup tinggi. Untuk itu, kepada masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai, diminta waspada terhadap ROB," ujar Nanlessy.

Menurut dia, warga di seluruh kecamatan supaya dapat melakukan antisipasi dini bila terjadi ROB. "Meski banjir ROB tidak berbahaya, tapi penduduk diharapkan tidak lengah dan selalu waspada, karena air pasang dapat saja menghanyutkan material hingga ke tengah laut," kata Nanlessy.

Upaya yang dilakukan agar warga di kawasan pesisir tidak panik. Hal itu karena biasanya banjir ROB hanya terjadi beberapa jam saja. "Maka perlu antisipasi bila kejadian tengah malam," pesannya.

Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Sulut, Joi Oroh meminta sinergitas bersama pemerintah kabupaten dan kota agar menginformasikan ke camat, lurah, kepala lingkungan bahkan masyarakat terkait kondisi ini. "Jadi diharapkan pemerintah kabupaten dan kota dapat menginformasikan sampai masyarakat paling bawah," ujarnya, Selasa (7/12).

Menurut dia, langkah ini dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dari masyarakat itu sendiri. Jadi, siaga menghadapi cuaca baik curah hujan, kemudian juga terhadap potensi gelombang pasang. "Tentunya diharapkan masyarakat berpartisipasi aktif, tetap wasapda siaga, bahkan kalau perlu lakukan evaluasi mandiri kalau ada yang rumah-rumah di pinggiran sungai, tebing atau daerah pesisir pantai," terangnya.

"Apalagi yang ada kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua ke rumah yang lebih aman. Jadi diperlukan juga partisipasi masyarakat. Untuk kita mengurangi resiko yang terjadi," lugas mantan Kepala Dinas Perhubungan (Dushub) Provinsi ini.(detik/tim ms) 


Komentar

Populer Hari ini


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting