Karir Birokrat Capai Puncak, Kawatu Bersyukur


PENGABDIAN Asiano Gammy Kawatu bagi masyarakat bumi Nyiur Melambai, berlanjut. Birokrat tulen kelahiran Desa Rumoong Atas, Kecamatan Tareran itu, kini memangku  jabatan strategis di birokrasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut). Dia didaulat sebagai Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov).

 

‘Mapatu’ panglima Aparatur Sipil Negara (ASN) resmi digenggam Kawatu setelah pada Jumat (26/11), putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan birokrat mendiang Ernst Paulus Kawatu dan Syntyiche Eva Watung, dilantik sebagai Pj Sekdaprov Sulut.

 

“Di Sulut hanya 3 orang yang menjabat  eselon 1, yakni, 2 Rektor dan Sekprov Sulut yaitu pak Gemmy Kawatu,” ujar Wakil Gubernur (Wagub) Steven Kandouw, usai melantik.

 

Sementara itu, Kawatu yang lahir pada 24 Agustus 1962 ini mengaku bersyukur kepada Tuhan. Ia pun berterima kasih kepada Gubernur Olly Dondokambey dan Wagub Steven Kandouw, atas kepercayaan yang diberikan. “Terima kasih Tuhan, dan bagi Gubernur dan Wagub Sulut untuk kepercayaan ini,” ungkapnya.

 

Seperti diketahui, Kawatu merupakan sosok pamong senior di lingkungan Pemprov Sulut. Mantan Penjabat Bupati Minahasa Selatan (Minsel) tahun 2005 ini, dikenal sebagai birokrat pintar serta memiliki dedikasi dan disiplin tinggi.

 

Suami tercinta Dra Paula Mantiri (kakak Prof Dr Ir Desy Mantiri DEA) meniti karir birokrasi ASN sejak tamat kuliah di Fakultas Ekonomi (Fekon) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado.

 

Ia masuk PNS bukan lewat seleksi CPNS, tapi melalui mekanisme mengganti pegawai yang pensiun. Tahun 1987, dia mengikuti Diklat Pra Jabatan dan meraih ranking 1 dari ratusan peserta.

 

Sekira tahun 1989, Kawatu telah menduduki jabatan Kasub. Tahun 1990, ia menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Pimpinan. Itu di usianya yang masih sangat muda, karena belum 30 tahun.

 

Ayah dari Pauliba Grasiela Maria Kawatu (kini, berkarir di Spanyol setelah tamat di Universitas Compultense Madrid) dan Paulo Grasiano Izack Kawatu (alumni S2 Unsrat) ini, telah mengikuti Diklat ADUM (setara dengan Diklatpim Tingkat IV), Diklat SPAMA (setara dengan Diklatpim Tingkat III) , Diklat SPAMEN (setara dengan Diklatpim Tingkat II) dan Diklat Pim 1.

 

Sepanjang karir, pria yang lahir bertepatan dengan perhelatan pesta olahraga terbesar di benua Asia, Asian Games, di Jakarta tahun 1962, telah berkiprah di birokrasi Pemprov Sulut dengan 9 gubernur dan tak kurang dari 8 Sekprov.

 

Sebelum dilantik sebagai Sekretaris Daerah, sejumlah jabatan penting telah diembannya. Adalah Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sulut, Kepala Dinas Perindag Sulut, Kepala Dinas Pendapatan Daerah Sulut, Asisten 3 Sekprov, Asisten 2 Sekprov, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulut, Kepala Dinas Pendidikan Daerah Sulut, Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah Sulut dan kembali sebagai Asisten 3 Sekprov Sulut.

 

Di setiap SKPD yang dipimpin, Kawatu selalu menjadi panutan dan teladan anak buahnya karena memiliki integritas, akseptabilitas dan disiplin yang tinggi. Tak heran, dia selalu dihormati dan disayang anak buahnya. Pria yang selalu merawat keluarga ini juga disegani oleh para senior birokrat terutama yang sudah purna bakti.

 

Dengan mitra kerja wartawan, Kawatu juga dikenal lugas dan bersahabat. Selalu memberi waktu untuk diwawancarai wartawan. Meski banyak belajar dan terdidik di masa Sekprov Dotulong dan Arsjad Daud SH, ia telah meraih berbagai jabatan dan pendidikan di dalam dan luar negeri, termasuk Inggris dan Asia Tenggara.

 

Bahkan di masa Sekprov Arsyad Daud SH (ayah kandung pejabat tinggi di Kemendagri, Dr FA Daud), ia pernah menjadi Wakil Sekretaris MIPI dan ikut menyelenggarakan seminar nasional bersama LAN serta menghasilkan buku ‘Pemerintah Daerah di Era Globalisasi’. Itu sebuah seminar dan buku yang mengantisipasi perubahan fungsi dan peran pemerintahan daerah setelah Ted Gaebler dan kawan-kawan menelorkan paradigma baru ilmu pemerintahan yang dikenal sebagai ‘Reinventing government’ (swastanisasi birokrasi), atau perubahan orientasi pemerintahan manapun di era globalisasi.

 

Berbagai jabatan dan pengalaman yang dijalaninya telah menempatkannya sebagai salah satu pamong terbaik yang pernah dimiliki Pemprov Sulut. Dan jangan lupa kata bijak ini, “Jika kau sedang berlindung di bawah pohon rindang, jangan pernah lupa orang yang menanamnya," kutip Ernst P Kawatu, 1937-2008.(sonny dinar)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors

Mail Hosting