COVID MENGGANAS, JOKOWI TOLAK LOCKDOWN
Jakarta, MS
Tanah Air kembali babak belur. Gerak virus Corona semakin ganas.
Dalam sehari, belasan ribu kasus positif Covid-19 bertambah. Jumlah pasien
meninggal dunia ikut meroket.
Penambahan 15.803 kasus positif baru dengan pasien meninggal
dunia 303 orang merujuk data pemerintah pada Rabu (23/6). Rekor baru itu membuat
total kasus corona di Indonesia mencapai 2.033.421 dengan kasus kematian 55.594.
Provinsi DKI Jakarta mencatatkan penambahan kasus terbanyak dengan jumlah
4.693. Menyusul Jawa Barat (Jabar) dengan 2.910 kasus dan Jawa Tengah (Jateng) dengan
2.595 kasus.
Melonjaknya kasus Covid-19 telah diprediksi sebelumnya. Bulan
Juni ini diperkirakan menjadi waktu puncak Covid-19 di Indonesia. Peningkatan
itu terjadi setelah libur Idul Fitri. Anggapan lain terjadinya penurunan
kesadaran masyarakat menjalankan protokol kesehatan, jadi pemicu.
Mengantisipasi hal itu, usulan karantina wilayah alias
lockdown riuh berkumandang. Bahkan, Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
menyarankan kepada pemerintah untuk menerapkan lockdown selama 2 pekan demi
menekan lonjakan Covid-19. Usulan itu disampaikan mengingat sebaran kasus virus
corona di Indonesia terus mengalami lonjakan kasus "Saran saya. Lebih bijaksana bagi
Indonesia untuk terapkan lockdown selama dua minggu," kata Ketua Satgas
Covid-19 Pengurus Besar (PB) IDI Zubairi Djoerban, dikutip dari CNNIndonesia.com.
Lanjut Zubairi, usulan lockdown itu juga dinilai mampu
menekan transmisi virus corona di masyarakat sehingga tingkat keterisian tempat
tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) juga dapat diminimalisasi. Sebab apabila
BOR RS penuh, hal itu mengindikasikan pasien Covid-19 mengalami perburukan
gejala. Jika tidak mendapat perawatan maksimal, maka berpotensi meninggal
dunia.
Selain itu, lanjut Zubairi, usul lockdown itu juga berkaca
pada kemunculan varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di
sejumlah provinsi. Terlebih menurutnya saat ini kepatuhan masyarakat terhadap
protokol kesehatan terus merosot.
Desakan lockdown juga didendangkan Dewan Pakar Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Dia mengatakan pemerintah
memiliki dua opsi yang bisa diambil saat ini, yakni Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) ketat atau lockdown regional. Dari kedua opsi itu, pilihan yang
paling sesuai saat ini menurut Hermawan adalah lockdown regional.
Permintaan karatina wilayah juga datang dari ribuan orang
yang tergabung dalam Lapor Covid-19 dan segenap kelompok masyarakat sipil
lainnya ikut meneken petisi daring yang mendesak agar Presiden Jokowi segera
melakukan 10 langkah penanganan pandemi virus corona di Indonesia, salah satu
poinnya adalah karantina wilayah alias lockdown.
Sayangnya, desakan pelaksanaan lockdown dinilai kandas. Presiden
Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pemerintah tetap memutuskan penerapan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro untuk mengendalikan
kasus Covid-19.
Ia menilai, PPKM mikro merupakan kebijakan paling tepat
lantaran tak akan mematikan ekonomi rakyat. "Pemerintah telah memutuskan
PPKM mikro masih menjadi kebijakan paling tepat untuk menghentikan laju
penularan covid-19," ujar Jokowi dalam keterangannya, Rabu (23/6).
"Kenapa pemerintah memutuskan PPKM mikro, karena masih
menjadi kebijakan yang paling tepat mengendalikan covid-19, karena
(pengendalian) bisa berjalan tanpa mematikan ekonomi rakyat," sambungnya.
Pemerintah, kata Jokowi, tentu menerima semua masukan itu,
bahkan masukan untuk kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
hingga permintaan menerapkan lockdown pun disambut baik. Hanya saja, pemerintah
kata Jokowi memperhitungkan berbagai aspek dalam penanganan pandemi ini,
termasuk soal PSBB dan lockdown tersebut.
Dia tak memungkiri banyak desakan karantina wilayah atau
lockdown di tengah lonjakan kasus covid-19 saat ini. Namun, menurutnya, PPKM
mikro dan lockdown memiliki esensi serupa yakni membatasi kegiatan masyarakat. "Untuk
itu tidak perlu dipertentangkan. Jika PPKM mikro terimplementasi dengan baik,
tindakan di lapangan terus diperkuat, semestinya laju kasus terkendali,"
tutur Jokowi.
Masih Jokowi, penerapan PPKM mikro saat ini belum menyeluruh
di seluruh wilayah dan masih bersifat sporadis. Pun begitu, Presiden mengakui
saat ini Indonesia masih harus menghadapi cobaan berat lantaran pandemi virus
corona yang kembali meningkat di Indonesia. Bahkan di tengah penanganan pandemi
yang belum juga bisa diatasi, Indonesia mesti dihadapkan dengan munculnya
varian-varian baru Covid-19 yang lebih menular. "Kita masih harus
menghadapi ujian berat, cobaan berat, karena beberapa hari terakhir Covid-19
kembali meningkat, dan juga adanya varian baru yang lebih menular," ungkap
Jokowi.
Menurut dia, tingginya kasus positif Covid-19 saat ini
membuat tingkat keterisian Rumah Sakit mengalami peningkatan. "Kita tahu
kenaikan kasus positif yang tajam membuat BOR RS semakin meningkat," imbuh
mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Hal berbeda disampaikan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Abdul Muhaimin Iskandar. Ia menilai pemberlakuan PPKM secara mikro tidak
cukup efektif untuk menanggulangi masifnya penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
Hal ini mengingat jangkauan virus yang sudah terlanjur luas. "Pembatasan
satu RT saja tidak akan mempengaruhi tingkat penularan, butuh pengetatan yang
lebih luas. Ini virus sudah di mana-mana loh, bukan cuma di RT," kata pria
yang akrab disapa Cak Imin, Rabu (23/6) dikutip dari detik.com.
INSTRUKSIKAN KEPALA
DAERAH PERKUAT PPKM MIKRO
Sikap pemerintah ‘berujung’.
Terkait peningkatan kasus positif di Indonesia, Presiden Jokowi angkat suara. Penerapan
PPKM Mikro masih jadi pilihan.
Menguatkan itu, Presiden Jokowi menginstruksikan kepada
seluruh kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun wali kota untuk memperkuat
komitmen dalam penanganan covid-19. Jokowi meminta para kepala daerah
mempertajam penerapan PPKM Mikro di daerahnya masing-masing.
"Saya minta gubernur, bupati dan wali kota meneguhkan
komitmen, pertajam penerapan PPKM Mikro," kata Jokowi saat menyampaikan
keterangan pers melalui akun YouTube resmi Sekretariat Presiden, Rabu (23/6).
Komitmen ini, kata dia, bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
posko-posko penanganan covid-19 yang telah terbentuk di wilayah masing-masing. "Optimalkan
posko covid-19 yang telah terbentuk di wilayah, desa, dan kelurahan," tandas
Jokowi.
Mantan Walikota Solo itu menegaskan bahwa PPKM mikro masih
menjadi kebijakan paling tepat untuk mengendalikan kasus covid-19 alih-alih
lockdown. Menurutnya, PPKM mikro dan lockdown memiliki esensi serupa yakni
membatasi kegiatan masyarakat. "Untuk itu tidak perlu dipertentangkan.
Jika PPKM mikro terimplementasi dengan baik, tindakan di lapangan terus
diperkuat, semestinya laju kasus terkendali," tutur Jokowi.
Untuk diketahui, pemerintah telah memperpanjang penerapan
PPKM mikro dengan sejumlah penguatan, mulai 22 Juni hingga 5 Juli 2021. Beberapa
aturan baru dalam pelaksanaan PPKM mikro yang lebih ketat ini antara lain WFH
75 persen, sekolah online, tempat ibadah di zona merah ditutup, hingga acara
hajatan hanya boleh dihadiri 25 persen dari kapasitas.
PEMERINTAH GENJOT
PROGRAM VAKSINASI
Solusi untuk menekan lonjakan kasus covid-19 dibeber. Selain
pemberlakuan PPKM skala mikro, dan pemerintah juga akan menggenjot program
vaksinasi.
"Selain kebijakan PPKM mikro di berbagai daerah,
pemerintah menggenjot pelaksanaan vaksinasi massal untuk mengejar kekebalan
komunal terhadap Covid-19," kata Presiden Jokowi, Selasa (22/6).
Presiden tak memungkiri bahwa lonjakan kasus penularan
Covid-19 yang terjadi di beberapa daerah membuat semua pihak harus bekerja
lebih keras lagi untuk mengendalikan pandemi.
Jokowi mengatakan, sejak Kamis pekan lalu, target vaksinasi
yang ia berikan berhasil tercapai. Oleh sebab itu, ia menargetkan satu juta
vaksin per hari. Ia meyakini, dengan koordinasi dan kerja sama yang baik antara
Kementerian Kesehatan, TNI, Polri, dan pemerintah daerah, target tersebut dapat
tercapai.
Jokowi juga mengatakan saat ini Indonesia telah menerima
104.728.400 dosis vaksin dari Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Jumlah ini
adalah bagian dari sekitar 426,8 juta dosis vaksin Covid-19 yang didapatkan
melalui berbagai pendekatan bilateral dan multilateral. "Seraya berupaya
mempercepat program vaksinasi nasional ini, pemerintah berharap masyarakat
menaati protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Jangan pernah lalai
memakai masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari
kerumunan," ujarnya.
Selanjutnya, Jokowi meminta warga agar tidak menolak vaksin
guna menekan laju penyebaran Covid-19 yang terus meningkat beberapa waktu
terakhir. Ia berharap warga tak menyia-nyiakan kesempatan jika telah mendapat
kesempatan untuk menerima vaksin. Sebab, menurut Jokowi, tak ada agama apapun
yang menolak vaksin. "Jika sudah ada kesempatan dapat vaksin, segera
ambil, jangan ada yang menolak, karena agama apapun tidak ada yang
melarang," lugasnya
Sebelumnya, Anggota Tim Pakar Media Satgas Covid-19
sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana I Gusti
Ngurah Kade Mahardika. Menurut dia, kondisi saat ini diperburuk oleh perilaku
masyarakat yang tak patuh protokol kesehatan, misalnya dengan berkerumun. "Virus
Covid-19 ini mudah berubah, varian of concern bagi saya itu ada dua, yakni
varian Alfa (B.1.1.7) dan Delta (B.1.617). Tetapi di samping mutasi virus,
terjadinya lonjakan kasus juga karena adanya kerumunan," kata Mahardika
dalam Dialog Publik KPCPEN yang disiarkan FMB9ID_IKP, Selasa (22/6).
Di sisi lain, lanjut Mahardika, vaksin Covid-19 sendiri
sudah diteliti dan disebut masih efektif melawan varian Covid-19, terutama Alfa
dan Delta. Untuk memerangi pandemi, dia menyatakan mendukung percepatan program
vaksinasi di Indonesia. "Saya mendukung percepatan vaksinasi yang
dilakukan pemerintah. Karena dengan 40-50 persen cakupan vaksinasi Covid-19 di
negara-negara Eropa, mereka sudah berani mengadakan piala Eropa 2021,"
imbuhnya.
Senada dikatakan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19
Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil. Dia mengakui, Covid-19 memberi dampak
luar biasa bagi kehidupan. Dia menilai vaksin cukup efektif memberi
perlindungan. Jika seseorang yang sudah divaksin terinfeksi Covid-19, vaksin
itu akan membantu mengurangi gejala dan risiko kematian.
Kusnandi menekankan, masyarakat semestinya takut pada virus
corona, bukan pada vaksinasi. Untuk perlindungan yang lebih lengkap, vaksinasi
harus dijalankan bersama kedisiplinan menjalani protokol kesehatan. "Selain
kita harus disiplin menegakkan protokol 5M, maka untuk melengkapinya kita harus
divaksinasi. Kita harus memberi pemahaman kepada masyarakat betapa jahatnya
Covid-19 ini. Saya yakin dengan fakta-fakta yang sekarang ini kita tampilkan,
banyaknya kesakitan dan kematian akibat Covid-19, masyarakat harus mulai sadar
pentingnya protokol kesehatan dan vaksinasi," kata Kusnandi.
PENAMBAHAN 15.308
KASUS BARU, SULUT SUMBANG 47
Indonesia kembali ketambahan 15.803 kasus positif baru, Rabu
(23/6). Untuk pasien sembuh sebanyak 7.167 dan pasien Covid-19 yang meninggal
dunia bertambah 303 orang. Data itu dipublikasikan Humas BNPB dan diperbarui
setiap hari pukul 12.00 WIB.
Dengan demikian, total kasus Corona di Indonesia hingga hari
ini adalah 2.003.421 kasus. Total kumulatif pasien sembuh dari Corona adalah
1.817.303. Sementara pasien yang meninggal hingga saat ini sebanyak 55.594
kasus.
Daerah yang hari ini melaporkan penambahan kasus baru
terbanyak adalah DKI Jakarta dengan 4.693 kasus. Kemudian diikuti Jawa Barat
sebanyak 2.910 kasus dan Jawa Tengah 2.595 kasus.(detik/merdeka/cnn)
BERIKUT INI SEBARAN
KASUS BARU CORONA PADA 23 JUNI//usultabel di sambungan jo
1. Aceh: 156
2. Sumatera Utara: 146
3. Sumatera Barat: 294
4. Riau: 330
5. Jambi: 103
6. Sumatera Selatan: 115
7. Bengkulu: 106
8. Lampung: 142
9. Bangka Belitung: 90
10. Kepulauan Riau: 309
11. DKI Jakarta: 4.693
12. Jawa Barat: 2.910
13. Jawa Tengah: 2.595
14. DI Yogyakarta: 694
15. Jawa Timur: 873
16. Banten: 275
17. Bali: 187
18. Nusa Tenggara Barat: 25
19. Nusa Tenggara Timur: 71
20. Kalimantan Barat: 155
21. Kalimantan Tengah: 96
22. Kalimantan Selatan: 77
23. Kalimantan Timur: 227
24. Kalimantan Utara: 84
25. Sulawesi Utara: 47
26. Sulawesi Tengah: 33
27. Sulawesi Selatan: 130
28. Sulawesi Tenggara: 87
29. Gorontalo: 33
30. Sulawesi Barat: 47
31. Maluku: 33
32. Maluku Utara: 21
33. Papua: 37
34. Papua Barat: 87
Komentar