KASUS COVID KEMBALI MEROKET, USUL ‘LOCKDOWN’ MENGENCANG
Jakarta, MS
Tanah Air kembali babak belur. Kasus positif Coronavirus
Disease 2019 atau Covid-19, melonjak signifikan. Usulan lockdown atau karantina
wilayah membahana. Indonesia ‘memerah’.
Kondisi siaga Covid-19 ini dibuktikan dengan terjadinya
penambahan kasus positif setiap hari. Data terkini, sudah sekira 29 daerah
dinyatakan ‘zona merah’ buntut peningkatan kasus baru. Menyikapi itu, pemerintah
kembali menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Mikro pada 15-28 Juni. Itu tertuang dalam Instruksi Mendagri Nomor 13 Tahun
2021.
Pelaksanaan kebijakan tersebut menuai pro kontra. Terkait
kondisi saat ini, ada pihak yang menyarankan supaya pemerintah lebih
memperketat aturan dalam membatasi kegiatan masyarakat. Ada epidemiolog yang
menyarankan penerapan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
sementara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengusulkan lockdown.
"Didasari melonjaknya kasus Covid-19 dan rawat inap,
saya merasa Indonesia butuh istilah baru sebagai ganti PPKM Mikro," cuit
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar IDI, Zubairi Djoerban melalui akun Twitter
miliknya @ProfesorZubairi, Selasa (13/6), dilansir dari CNNIndonesia.com.
Zubairi menilai sudah saatnya ada ketegasan dari pemerintah
pusat dan daerah untuk menyesuaikan regulasi mengingat lonjakan kasus positif
virus Corona sudah membuat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate
(BOR) meningkat pesat. "Saya rekomendasikan kata lockdown saja agar
monitoringnya lebih tegas dan lebih serius, meski isi konten kebijakannya tidak
jauh beda dengan PPKM," sambungnya.
Ia menilai saat ini kondisi pandemi virus Corona di tanah
air mirip dengan peningkatan kasus di 2020. Bahkan bisa lebih parah.
Menurutnya, pandemi Covid-19 bisa makin memburuk karena ada faktor keberadaan
mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong ‘Variant of Concern (VoC)’.
Salah satu mutasi Covid-19 yang dimaksud yakni varian B1617
dari India atau Delta. Menurut Zubairi, varian tersebut tergolong berbahaya.
Dia berkaca dari Australia yang pintu perbatasannya dijaga ketat, namun tak
bisa mengelak dari penyebaran B1617. Pun di Indonesia menurutnya varian
tersebut telah mengakibatkan dampak yang tidak baik hingga saat ini.
"Varian Delta yang sangat menular dari SARS-CoV-2 telah
bermutasi lebih lanjut untuk membentuk varian Delta Plus atau AY.1. Diketahui,
Delta Plus ini tahan terhadap terapi antibodi monoklonal yang baru saja
disahkan di India. Semoga kita terhindar dan bisa memitigasinya," kata
dia.
Belum lagi varian mutasi corona yang lain. Sejauh ini,
Kemenkes sudah mendeteksi 145 kasus varian mutasi corona. Terdiri dari 36 kasus
B117 Alfa, 5 kasus B1351 Beta, dan 104 kasus B1617.2 Delta.
Diketahui, gerak penyebaran Covid-19 kembali meluas. Bahkan,
sejumlah anggota dan staf Komisi I DPR dikabarkan positif terinfeksi virus
Corona. Akibatnya, Komisi I DPR lockdown dan tidak ada aktivitas sejak Senin
(14/6). Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari menyatakan
kebijakan itu diambil guna menekan laju penularan. Ruangan Komisi I DPR juga
akan disemprot disinfektan. "Komisi I DPR sedang lockdown. Ada beberapa
anggota, tenaga ahli, dan staf, juga office boy yang juga positif Covid-19.
Sehingga Senin, Selasa, dan Rabu dikosongkan untuk dilakukan sterilisasi dan
lain sebagainya," kata Kharis dalam sebuah diskusi yang disiarkan via internet.
Hal serupa mendera Kementerian Sosial (Kemensos). Menteri
Sosial Tri Rismaharini mengatakan, 11 pegawai Kemensos positif virus Corona.
Risma pun langsung menutup kantor pegawai yang terpapar Covid-19. "Karena
naik tadi, jadi aku antisipasi. 11 orang positif Covid-19," kata Risma di
Kemensos, Jakarta Pusat, Selasa (15/6).
Risma mengatakan saat ini ada empat ruangan kerja yang
tengah dilakukan penyemprotan desinfektan. Sehingga, pegawai di ruangan
tersebut diminta tidak masuk ke kantor terlebih dahulu.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil
menyatakan, mulai hari ini wilayah Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Cimahi,
Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung berstatus siaga satu Covid-19.
Dia menjelaskan daerah yang disiagasatukan itu berdasarkan kajian zonasi
kota/kabupaten.
Artinya, apabila ada daerah lain, misalnya pemerintah Garut
dipersilakan meninjau karena dalam catatan Pemprov Jabar kasus Covid-19 yang
tinggi, tidak seluruh Jabar. "Jadi yang disiagasatukan berdasarkan kajian
zonasi per kota/kabupaten. Artinya pemerintah Garut silakan me-review. Tidak
seluruhnya, jadi dia bisa melakukan pengetatan di zona-zona merah di Garut tapi
tidak semua sesuai zonasi berbasis kecamatan atau kelurahan," katanya di
Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Selasa (15/6).
Status siaga satu Covid-19 Bandung raya ini berdasarkan
tingkat keterisian rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) pasien yang
menyentuh angka 84,19 persen. Angka ini melebihi ketetapan WHO dan nasional
yakni maksimal 60-70 persen. Selain itu dua wilayah Bandung raya yaitu
Kabupaten Bandung dan Bandung Barat saat ini berada di zona merah level
kewaspadaan. "Khusus untuk Bandung raya, karena kombinasi dari rumah sakit
dan zona merahnya berbasis kota kabupaten maka satu wilayah harus dalam
keterkendalian," ujarnya.
Sementara itu, data pemerintah yang dipublikasikan oleh
Humas BNPB pada Selasa (15/6), kasus baru Covid-19 bertambah sebanyak 8.161.
Selanjutnya, pasien sembuh dari Corona bertambah 6.407 orang, dan pasien Corona
meninggal dunia bertambah 164 orang.
BAHAYA VIRUS VARIAN
DELTA
Kekhawatiran publik
bertambah. Selain peningkatan kasus baru, sudah ada 145 kasus mutasi virus
SARS-CoV-2 yang tergolong ‘Variant of Concern’ (VoC), yang berhasil
teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil Whole Genome Sequence (WGS)
secara berkala.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, ratusan varian yang
diwaspadai Badan Kesehatan Dunia (WHO) itu merupakan perkembangan data terakhir
per 13 Juni, dengan total sebanyak 1.989 sampel warga yang diperiksa.
"Rekap sequences di Indonesia telah dideteksi 145 VoC
yakni 36 kasus B117 Alfa, 5 kasus B1351 Beta, dan 104 kasus B1617.2
Delta," kata Nadia kepada CNNIndonesia.com, Selasa (15/6).
Merujuk data yang diterima, provinsi yang mencatat temuan
VoC ini adalah Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Dari provinsi itu, yang paling banyak mengidentifikasi VoC
adalah Jawa Tengah dengan 76 kasus, dengan rincian 75 varian B1617 Delta dan
satu kasus B117 Alfa. Semetara di DKI Jakarta ada 48 kasus VoC dengan rincian
24 kasus B117 Alfa, 4 kasus B1351 Beta, dan 20 kasus B1617 Delta.
WHO sebelumnya sudah menetapkan ada empat varian yang masuk
dalam kategori VoC, yaitu B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, B1617
dari India dan P1 dari Brasil. Keempat varian ini merupakan jenis yang
diwaspadai tingkat penularannya oleh WHO. VoC merupakan varian yang memiliki
peningkatan penularan atau perubahan merugikan dalam epidemiologis, memiliki
peningkatan virulensi atau perubahan presentasi penyakit klinis, bahkan mampu
menurunkan efektivitas vaksin. Hanya saja masih sedikit bukti sehingga perlu
penelitian lebih lanjut.
Diketahui, varian virus corona Delta atau B.1.617.2
merupakan varian mutasi pertama kali terdeteksi di India dan telah menyebar ke
lebih dari 60 negara seperti di Inggris dan Indonesia. Varian delta menyumbang
sekitar 60 persen dari kasus virus corona di Amerika Serikat. Sementara di
Inggris, varian ini telah menyumbang 90 persen kasus infeksi Covid-19 baru.
Sementara di Indonesia, sebanyak tiga pasien posien positif Covid-19 di Jawa
Timur, dinyatakan terinfeksi corona varian B16172 Delta. Mutasi jenis ini
merupakan strain asal India.
SEKOLAH TATAP MUKA
KANS DITUNDA
Kenaikan kasus baru Covid-19 langsung mendapat atensi
sejumlah lembaga tinggi negara. Upaya mengantisipasi menyebaran virus Corona, terus
dimasifkan. Termasuk mengusulkan penundaan kegiatan belajar tatap muka yang
direncanakan Juli mendatang.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad. Ia
meminta pemerintah menunda uji coba sekolah tatap muka menyusul lonjakan kasus
Covid-19 yang terjadi saat ini. "Mungkin ada beberapa hal rencana yang
perlu dievaluasi pemerintah. Mungkin ditunda sedikit, antara lain soal
kehadiran dalam anak sekolah," kata Dasco kepada wartawan di Kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (15/6).
Ia mengklaim sudah mengingatkan pemerintah sebelum Idul
Fitri 2021 terkait potensi lonjakan Covid-19. Sementara saat ini fakta telah
menunjukkan bahwa kasus penularan Covid-19 benar-benar melonjak.
Berangkat dari itu, Dasco meminta pemerintah mengambil langkah-langkah
taktis untuk menghambat lonjakan penyebaran Covid-19, termasuk menunda
menggelar uji coba pembelajaran tatap muka. "Kebijakan (sekolah) itu kan
dibuat sebelum ada lonjakan tinggi di beberapa daerah. Mungkin ini agak ditunda
dua bulan, tiga bulan pelaksanaan sambil menunggu situasi Covid-19 yang
mudah-mudahan lonjakan bisa diatasi," kata Ketua Harian DPP Partai
Gerindra itu.
Dasco menambahkan, pemerintah juga perlu membuat sanksi
dalam penanganan kasus lonjakan Covid-19 saat ini. Menurutnya, kebijakan dan
sanksi yang akan diterapkan bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing
daerah. "Ya tentunya nanti kita minta pemerintah membuat kebijakan dalam
sanksi, itu disesuaikan dengan daerah dan kondisi masing-masing," tutur
Dasco.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, membuka kemungkinan pembelajaran
tatap muka tidak digelar di daerah yang sedang melaksanakan PPKM Mikro.
"Ada kemungkinan dalam melakukan PPKM itu berarti tidak bisa tatap muka
terbatas. Tapi itu adalah sebuah keharusan yang dialami semua sektor, dalam dua
minggu itu ada pembatasan," ujar Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X
DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (15/6).
Jika di daerah tertentu sedang dilaksanakan PPKM mikro,
menurutnya, pihak sekolah dapat menggelar pendidikan jarak jauh (PJJ) dalam
jaringan (daring).
Namun, lanjut dia, jika PPKM sudah selesai dilakukan maka
sekolah memiliki kewenangan untuk menggelar pembelajaran tatap muka. "PPKM
akan menjadi instrumen pemerintah untuk melakukan rem, di daerah, kelurahan,
atau desa tersebut. Jadinya lanjutkan saja proses SKB-nya saja, kalau PPKM
terjadi di daerah anda jadinya berhenti pembelajaran tatap muka terbatas, tapi
hanya untuk dua minggu tersebut," katanya. Nadiem pun meminta sekolah yang
berada di wilayah yang tidak melaksanakan agar mempersiapkan protokol kesehatan
yang baik.
Ia berharap, kesehatan siswa dan tenaga pendidik tetap
terjaga selama pembelajaran tatap muka terbatas. "Jadi tidak perlu
dikhawatirkan bahwa antisipasi, semua sekolah sudah harus siap-siap, mau itu
daerah dimasukkan dalam PPKM atau tidak. Harus sudah mulai siap-siap dari
sekarang," sebut Nadiem.
JOKOWI BERSIKAP
Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia langsung mendapat atensi
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Terkait kondisi yang mendera DKI Jakarta,
Presiden langsung memberikan tiga pesan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan dan jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
"Presiden mengarahkan bagaimana kita mengatasi adanya
peningkatan yang signifikan di DKI Jakarta dalam seminggu terakhir. Di
antaranya pesan Pak Presiden implementasi di lapangan ditambahkan, dikuatkan
seperti dulu ada penjagaan, pengetatan," ungkap Wakil Gubernur DKI Jakarta
Ahmad Riza Patria, Selasa (15/6).
Pesan kedua, kata Riza, Jokowi meminta agar penggunaan
masker di Jakarta terus ditingkatkan. "Karena menurut Bapak Presiden
penggunaan masker ini sudah selamatkan 98 persen, masker ini membantu kita
terbebas dari penyebaran virus corona," ucap dia.
Sementara yang ketiga, lanjut Riza, Jokowi berpesan untuk
segera mempercepat program vaksinasi di Jakarta dengan target 7,5 juta warga
harus sudah tervaksin pada akhir Agustus. "Tadi Pak Gubernur langsung
memimpin rapat di DKI bersama Forkopimda setelah dari istana, kita langsung
menindaklanjuti dalam rencana aksi, dan segera kita laksanakan mulai tadi rapat
dan besok," katanya.
Sebelumnya, Koordinator Humas Rumah Sakit Darurat (RSD)
Covid-19 Wisma Atlet Letkol TNI Laut M. Arifin meminta agar Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan menarik rem darurat penanganan Covid-19 dengan
memberlakukan kembali regulasi ketat PSBB seperti pernah diterapkan pada 2020
silam.
Permintaan itu ia sampaikan berkaca dari kenaikan pasien
Covid-19 di RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, sebanyak 200-400 pasien baru
setiap harinya. "Jakarta sekarang masih macet, bagaimana ini pemerintah
provinsinya? Ini kebijakan harus sinergis saat ini. Segera lakukan PSBB seperti
awal, kecuali memang mau warganya kolaps, silakan," kata Arifin, Selasa
(15/6).
Arifin menilai kebijakan yang diterapkan pada April 2020
lalu di Ibu Kota dengan regulasi ketatnya mampu menurunkan sebaran kasus
Covid-19 di DKI. Sementara dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Berskala mikro, menurutnya, tak cukup signifikan
mengendalikan pandemi.
Ia membandingkan dengan sebelumnya ketika keterisian Wisma
Atlet sempat stagnan pada Maret-Mei dengan jumlah sekitar 1.000 pasien yang
dirawat. Namun 2-4 pekan pascalebaran, mulai terjadi kenaikan kasus secara
signifikan. "PPKM mikro tidak efektif, karena kalau efektif lebaran tidak
akan terjadi lonjakan seperti ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Arifin menyebut saat ini antrean warga dan
ambulans di Wisma Atlet tak bisa terelakkan lagi. Tingkat keterisian tempat
tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) Wisma Atlet mencapai 68,72 persen.
BOR memang terlihat mengalami penurunan, namun, menurutnya
hal itu terjadi setelah terdapat penambahan tempat tidur mencapai 1.400 buah
dalam dua hari terakhir. Kini, tempat tidur Wisma Atlet bertambah kapasitas
menjadi 7.394 setelah sebelumnya berjumlah 5.994 tempat tidur "Ini sudah
ditambah kapasitas kamarnya, sekarang ya Wisma Atlet lampu kuning menuju merah,
tetap waspada," pungkasnya.(cnn)
Komentar