Rayakan Pengucapan Syukur, Minahasa Meriah


Kemeriahan membungkus wilayah Kabupaten Minahasa. Ribuan pengunjung terlihat memadati banyak tempat di daerah ini untuk turut menikmati pesta sukacita pengucapan syukur.

 

Wilayah Langowan, Tondano, Kawangkoan dan Tompaso tampak penuh dengan tamu dari berbagai penjuru daerah di Sulawesi Utara. Sonder, Eris, Kakas dan Tanawangko tak kalah ramai.

 

Sejak tengah hari hingga malam hari, jalur lalulintas di sejumlah titik terpantau macet. Sebagian lagi ramai lancar. Di antaranya, jalur Sonder hingga Langowan dan Kota Tondano hingga ke daerah pesisir Danau Tondano.

 

"Ini tahun berkat lumayan jadi da basadia bae-bae koman. Pas lei banya tamang dari Manado deng Tomohon da datang. Jadi memang rame di rumah," kata Icha Warouw, warga Kelurahan Tuutu, Tondano.

 

"Kalu di rumah banya sudara yang datang. Terutama sudara-sudara deri Manado. Senang deri boleh baku dapa lagi samua basudara di Pengucapan Syukur," tutur Christin Sumolang, warga Desa Wolaang, Langowan.

 

Teolog yang juga pegiat Mawale Cultural Center, DR Denni Pinontoan M.Teol menegaskan, pengucapan syukur merupakan tradisi yang sangat teologis dan harus dipertahankan.

 

“Ini ajang bakudapa keluarga. Seorang mahasiswa STT Jakarta, Naftali Soriton dalam penelitiannya menyatakan bahwa itu tradisi tua di Minahasa. Hanya memang dia sekarang telah bertransformasi, terutama ketika Kristen masuk,” kata dosen Fakutas Teologi UKIT ini.

 

Ia menilai, pengucapan sukur kini juga telah mengandung dimensi politik. “Pergeseran terutama, ada dimensi politik. Di era pilkada (pemilihan kepala daerah) misalnya, ini jadi sarana kampanye. Tahun 80-an sampai 90-an, perayaan ini masih disesuaikan dengan waktu panen, siklus kerja atau siklus pertanian sehingga perayaan di tiap daerah tidak sama. Waktu itu terasa susana hangat ketika berkumpul dengan keluarga. Ketika pemerintah interfensi, semakin berkurang kelurga yang datang. Karena di tempat lain banyak yang merayakan di waktu yang sama,” ungkap Pinontoan.

 

Ia juga menegaskan, perayaan pengucapan syukur merupakan pesta rakyat, dimana orang mengekspresikan rasa syukur. “Di era kini, intensitas kerja tinggi, orang butuh waktu senggang, waktu refreshing, rekreasi.  Di zaman para filsuf, waktu seperti itu mereka gunakan untuk berefleksi, melakukan pencaharian kembali sehingga memperoleh inspirasi baru. Makanya, perayaan pengucapan syukur sangat positif dan tentu teologis,” imbuhnya. (Recky Korompis)


Komentar


Sponsors

Daerah

Sponsors


Mail Hosting